-Tulisan ini bakal membahas gimana norma menyewa tanah kuburan untuk mengubur mayit? Persoalan ini pada biasanya terjadi di wilayah perkotaan nan hingga saat tetap sering terjadi.
Fenomena menyewa tanah kuburan merupakan kejadian nan terjadi di beberapa negara di dunia, termasuk di Indonesia. Fenomena ini terjadi lantaran beberapa faktor. Salah satunya, Peningkatan jumlah penduduk. Jumlah masyarakat di bumi terus meningkat, termasuk di Indonesia. Hal ini menyebabkan kebutuhan lahan untuk beragam keperluan, termasuk untuk pemakaman, juga meningkat.
Dalam kondisi tersebut, berakibat kepada sulitnya tanah untuk menguburkan jenazah. Dan menuntut bagi nan mau menguburkan jenazah keluarganya agar menyewa tanah. Lantas gimana hukumnya dalam Islam?
Menurut ustadz Syafi’iyah, norma menyewa tanah untuk kepentingan pemakaman mayit dalam Islam hukumnya adalah boleh. Terlebih di wilayah perkotaan nan terkadang tanah wakaf untuk pemakaman terbatas. Penjelasan di atas terdapat dalam kitab Jawahir al-Ukud, juz I, laman 211. Berikut redaksinya:
ولا يجوز الإستئجار للعبادات اللتي لا تنعقد إلا بالنية….ويجوز لتجهيز الميت ودفنه وتعليم القرآن.
“Dan tidak boleh sewa-menyewa untuk perihal ibadah-ibadah nan memerlukan niat….Dan boleh sewa-menyewa untuk mengurus mayit dan menguburkan mayit dan mengajarkan Al-Qur’an.”
Lebih jauh lagi, Imam Nawawi secara tegas membolehkan menyewa tanah dengan kepentingan menguburkan mayit. Berikut penjelaskannya dalam kitab Nihayat al-Muhtaj, juz V, laman 292:
- Advertisement -
(وتصح) الإجارة لكل ما لا تجب له نية كما أفهمه كلامه….فتصح لتحصيل مباح كصيد (ولتجهيز ميت ودفنه).
“(Sah) hukumnya menyewa sesuatu nan tidak wajib niat sebagaimana kalamnya beliau nan memahamkan….maka sah menyewa sesuatu untuk memperoleh perihal nan diperbolehkan seperti memburu (dan untuk mengurus mayit dan menguburkan mayit).”
Namun, ada pendapat lain nan tidak membolehkan menyewa tanah untuk mengubur mayit. Salah satu nan beranggapan demikian adalah Imam Al-Baghowi. Beliau beranggapan bahwa tidak boleh menyewa tanah untuk mengubur mayit.
Alasannya yakni, tidak boleh menggali kuburan nan tetap belum lusuh mayitnya. Hal ini dalam konteks tanah nan disewa memang tanah kuburan. Jadi kudu menunggu lusuhnya mayit sebelumnya. Dan kelusuhan mayit tersebut tidak diketahui kapan waktunya. Itulah kenapa beliau tidak membolehkan.
Hal ini termaktub dalam kitab Nihayat al-Muhtaj, juz V, laman 292:
قال البغوي لا يجوز استئجارالأرض لدفن ميت لأن نبش القبر لا يجوز قبل بلاء الميت ولا يعرف متى يكون.
“Imam Al-Baghowi berkata: Tidak boleh menyewa tanah untuk menguburkan mayit. Karena, menggali kubur tidak boleh sebelum lusuhnya mayit. Dan lusuhnya mayit tersebut tidak diketahui kapan.”
Dengan demikian, memandang situasi perkotaan nan sangat sukar dalam mempunyai tanah untuk menguburkan mayit maka saya rasa lebih cocok mengikuti pendapatnya Imam Nawawi nan membolehkan menyewa tanah untuk menguburkan mayit. Dan pendapat Imam Al-Baghawi lebih cocok untuk wilayah pedesaan.
Demikian penjelasan tentang norma menyewa tanah kuburan demi kepentingan menguburkan mayit. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam. [Baca juga: Wakaf Tanah Kuburan untuk Satu Suku Saja, Apakah Boleh?].